PADA waktu
Kadiroen mewakili jabatan Patih, di tanah Hindia terjadi guncangan karena
datangnya pergerakan baru yang ramai. Sebuah pergerakan yang menarik hati
rakyat Hindia mengenai perubahan budi pekerti, pikiran dan adat istiadat yang
baru. Pergerakan tersebut telah menjadi perkumpulan rakyat yang besar sekali.
Dan sebentar saja anggotanya sudah beribu-ribu banyaknya. Pergerakan tersebut
dinamakan "Partai Komunis" yang disingkat P.K. yang dapat menjadi
anggota dari pergerakan tersebut adalah semua rakyat Hindia. Dan menurut
pembicaraan banyak orang, pergerakan itu dikatakan baik sekali untuk memenuhi
kebutuhan rakyat. Hanya saja surat-surat kabar yang berbahasa Belanda di Hindia
ini banyak yang berseteru dan membenci pergerakan itu.
Meski
begitu, Gupermen Belanda tidak melarang pergerakan itu. Karena waktu itu
kemajuan di Dunia sudah sangat berpengaruh sehingga hak rakyat untuk berpolitik
dilindungi. Selain dari itu, banyak orang berkata bahwa pergerakan itu tidak
bisa dibunuh karena memang sesuai dengan tuntutan kemajuan zaman. Meski
Gupermen tidak melarang pergerakan itu, tetapi di bawah, yakni para
priyayi-priyayi atau pejabat yang kuno dan kolot, ada yang memfitnah pergerakan
tersebut. Karena itu siapa saja yang menjadi anggota dari pergerakan tersebut
lalu perilakunya berubah, mereka tidak begitu mau menghormati lagi terhadap
para priyayi seperti menyembah, berjalan jongkok sebagaimana bentuk-bentuk
penghormatan yang dulu-dulu. Hal itu mendadak mau dihilangkan oleh pergerakan
itu dan mau diganti dengan adat Belanda. Maksud mengubah adat istiadat inilah yang
menyebabkan kebencian antara para priyayi dan rakyat yang sedang bergerak.
Setelah banyak orang dan priyayi muda yang bekerja di luar kalangan Gupermen
seperti di toko-toko dan sebagainya, maka mereka mengupayakan perubahan adat
itu secara terus-menerus. Mereka mengatakan bahwa cara kuno itu adalah cara
kaum kolot yang gila hormat. Perselisihan antara kuno dan baru itulah yang
menyebabkan guncangnya Hindia.
Banyak orang
yang tertarik ataupun membenci pergerakan itu, tetapi mereka tidak tahu betul
apa maksud pergerakan itu. Hal itulah yang sering menimbulkan berbagai gejolak
perselisihan yang menyebabkan guncangnya negeri. Itulah yang menjadi alasan
banyak orang di sana-sini menyarankan agar pergerakan itu ditindas sampai mati
saja. Tetapi, ada juga yang ingin mengerti terlebih dahulu, bagaimana akhir
dari pergerakan itu. Kadiroen waktu itu berada di pihak yang bersikap ingin
menunggu lebih dahulu itu. Sementara itu distrik Kadiroen sudah kemasukan
pergerakan tersebut.
Pada suatu
hari, sesudah Kadiroen sembuh dari sakitnya, maka di Kota S diadakan propaganda
vergadering oleh Hoofdbestuur perkumpulan P.K. Maksud dari
propaganda itu untuk memajukan dan membesarkan pergerakan itu dengan menarik
para anggota-anggota baru, setelah mereka mengerti betul apa yang menjadi
tujuan dari pergerakan tersebut. Sebagai pejabat Patih, Kadiroen mesti membuat verslag
yang betul dari vergadering tersebut. Adapun yang bertugas menjaga
keselamatan dari vergadering tersebut adalah Tuan Asisten Residen
sendiri dibantu oleh beberapa orang pegawai polisi. Kadiroen sudah mendapat
perintah supaya ia tidak hanya membuat verslag dari seluruh pembicaraan
yang terjadi di vergadering tersebut, tetapi juga mencacat betul semua
yang terjadi pada orang-orang banyak di situ. Siapa dan bagaimana caranya
memimpin vergadering dan sebagainya. Oleh karena itu, tiga hari sesudah vergadering
itu, Tuan Asisten Residen membaca verslag Kadiroen yang berbunyi
sebagai berikut.
"Pendahuluan:
Atas izin pembesar yang berwajib, di alun-alun, oleh bestuur cabang P.K.
di Kota S, sudah didirikan sebuah panggung yang akan digunakan sebagai tempat
berpidato bagi semua yang hendak berbicara pada rakyat. Di kanan-kiri panggung
didirikan tarub-tarub (pendopo yang terbuat dari bambu dan kajang) yang
akan digunakan sebagai tempat duduk para tamu-tamu, bestuur-bestuur dari
berbagai perkumpulan politik lainnya, juga polisi dan utusan-utusan dari pers.
Di sekeliling panggung itu adalah tempat berdiri bagi orang-orang yang hendak
mendengarkan vergadering. Jam delapan pas, sudah beratus-ratus orang
yang datang. Jam sembilan, jumlah hadirin dirasa sudah cukup.
Adapun yang
datang adalah semua bestuur cabang di Kota S, para propagandis dan
anggota hoofdbestuur bernama Tjitro, beberapa Tuan Belanda dari
pabrik-pabrik, banyak priyayi, utusan-utusan pers Belanda, Tionghoa dan
Bumiputera. Di antaranya ada redaktur dari surat kabar P.K. tersebut bernama
Sariman dan juga kira-kira 5.000 orang tamu dan penonton. Dari pihak B.B. ada
hadir Tuan Asisten Residen, Patih dan beberapa pegawai polisi.
"Yang
memimpin vergadering adalah Haji Moesno, Presiden P.K. di S. Pada jam
sembilan tersebut dibunyikan sebuah petasan sebagai tanda kalau vergadering dibuka.
Berdirilah H. Moesno di atas panggung. Dan dengan mengucap terima kasih pada
Paduka Tuan Asisten Residen yang telah memberi izin mengadakan openlucht
propaganda vergadering, serta mengucap terima kasih pada Tuan Regen, yang
memberi izin memakai alun-alun sebagai tempat Vergadering, maka ia
menghaturkan selamat datang pada semua yang hadir. Dan ia berkata bahwa Tuan
Tjitro anggota Hoofdbestuur yang akan menjadi pembicara untuk
menerangkan maksud dan kegiatan usaha P.K. Nanti setelah Tuan Tjitro berbicara
akan diadakan tanya-jawab, semua orang boleh bertanya ataupun mendebat.
Lalu Tuan
Tjitro berdiri di atas panggung dan dengan bersuara nyaring ia sangat yakin
memulai berpidato, seperti sebagai berikut:
"Saudara-saudara
kaum P.K. dan semua Tuan-Tuan yang hadir pada vergaderingini maksud saya
berbicara di sini tidak akan mengajak orang untuk membikin rusuh dan ribut
negeri dengan menghasut supaya bikin onar, sebagaimana yang hari kemarin sudah
diterangkan dengan jelas oleh surat-surat gula S.H.B. Tetapi maksud saya mau
menerangkan maksud dan tujuan pergerakan supaya semua orang mengetahui bahwa
P.K. hanya berusaha memuliakan rakyat dan negeri Hindia. (Tepuk tangan dan
sorak-sorai ramai menyambut keterangan itu).
"Memang
ada alasan untuk memakmurkan rakyat negeri, sebab keadaan negeri dan rakyat
Hindia sekarang ini boleh dikatakan tak lagi makmur. Tetapi kesusahan hidup,
kemelaratan dan kemiskinan kian bertambah. Hal-hal ini sudah jelas buktinya,
yaitu lumbung-lumbung padi kosong, kerbau, sapi dan semua ternak rakyat kian
berkurang jumlahnya. Begitu juga makanan, lambat laun kian hari kian menipis.
Sehingga berbagai jenis penyakit kian berkembang di Hindia.
Kekurangan
makan dan kemiskinan itu juga menjadi sumber godaan bagi perilaku rakyat.
Sehingga banyak yang tidak dapat menahan godaan setan ini dan akhirnya banyak
yang menjadi pencuri, perampok dan sebagainya. Kurangnya keselamatan lahir atau
susahnya perikehidupan rakyat selamanya akan membikin kasar perilaku orang,
orang-orang yang berbudi pekerti halus kian hari-kian busuk dan rusak, mereka
adalah orang-orang yang tidak kuat melawan godaan setan. Perkembangan negeri
untuk menambah keselamatan lahir dan batin begitu mundur meskipun sudah
menambah kepandaian dan kepintaran rakyat. Maka, kita rakyat pertama-tama yang
wajib memperbaiki semua hal yang berhubungan dengan hajat hidup rakyat Hindia.
Kedua, baru Tuan-tuan Belanda pun wajib untuk itu. Juga Gupermen Belanda yang
berkuasa di Hindia ini katanya sudah berusaha serupa itu, yaitu umpamanya
dengan membentuk Commissie voor de Mindere Welvaart. Kita kaum
pergerakan bersama-sama akan turut membantu memperbaiki semua ini. Jadi
nyatalah bahwa kita tidak mengajak untuk kerusuhan dan keributan. Inilah maksud
pendirian pergerakan kita, pendek kata, inilah maksud dan tujuan yang
sebenarnya dari pergerakan kita. Saudara-saudara tentu ingin tahu buktinya?
Bukti-bukti itu akan kelihatan kalau saya sudah menerangkan usaha-usaha
pergerakan kita. Tetapi untuk menerangkan usaha-usaha itu, maka Tuan-Tuan meski
harus tahu lebih dahulu perubahan-perubahan besar yang terjadi di Hindia dari
dahulu sampai sekarang, yaitu yang dinamakan sejarah.
"Sekarang
saya akan membuka sedikit sejarah di tanah Hindia. Terutama sejarah
perikehidupan rakyat di sini. Zaman dahulu kala, sebagaimana cerita dalam
buku-buku Jawa, dikatakan bahwa waktu itu Gupermen Belanda belum memerintah,
sehingga semua urusan di Hindia menjadi gampang. Peraturan negeri gampang
dilaksanakan. Namun, raja-raja Jawa gampang juga memeras rakyatnya sendiri.
Tetapi, rakyat juga mudah menumpas raja-raja lalim itu dengan meminta tolong
pada raja-raja Jawa yang lain, yaitu raja-raja yang suka menolong. Karena
dengan menolong mereka lalu bisa membesarkan daerah kekuasaannya. Karena di
Hindia banyak raja-raja kecil, maka dengan demikian sering terjadi peperangan,
hal yang mana mudah membikin pecah belahnya tanah air kita. Di waktu Oost
Indische Compagnie (O.I.C.) datang dan berusaha di Hindia, maka keadaan
negeri ini sudah pecah belah sedemikian rupa dan semua manusia hanya mencari
keuntungan sendiri-sendiri. O.I.C. memang sangat cerdik memanfaatkan keadaan
perpecahan rakyat Hindia tersebut. O.I.C. bisa memihak sana, memusuhi sini dan
selalu berbuat begitu; I.O.C. berusaha mendapatkan pengaruh besar dan bisa
berhasil dengan baik. Sehingga tidak antara berapa lama Hindia jatuh ke tangan
O.I.C. dan lama-kelamaan datang Gupermen Belanda. Gupermen Belanda datang ke
Hindia dan lalu mulai mengatur negeri ini bersama-sama dengan pembesar-pembesar
bumiputera yang ada pada waktu itu. Dan sifat pemerintahan Hindia lalu
berubah-ubah. Pada waktu itu hingga sampai sekarang tingkat kemajuan dan
kepandaian datang dari penduduk bangsa Eropa, jadi termasuk bangsa Belanda
juga. Kemajuan dan tingkat kepintaran itu di Hindia sangat tertinggal jauh.
Sehingga membikin kalahnya negeri Hindia pada Belanda. Tetapi terbawa oleh
kodrat, maka bangsa Hindia mulai maju terus dan meniru serta mengambil contoh
kemajuan di negeri Belanda. Sehingga Tuan-Tuan yang berhaluan etis,
seperti V. Deventer, memandang Hindia sebagai anak dan muridnya Belanda. Dan
mau mendidik murid itu seperti orangtua atau guru. Di sini, dengan singkat saya
akan menerangkan keadaan sejarah pemerintahan Hindia sampai waktu ini. Dari
sejarah itu, kita bisa mengerti bahwa ada tiga tingkat kemajuan zaman. Yang
pertama zamannya Hindia diperintah oleh bangsa Hindia sendiri; kedua, saat
mulai diperintah bangsa Belanda dengan dibantu oleh raja-raja Jawa yang sudah
takluk yang akhirnya diberi pangkat Kanjeng dan Regen; ketiga, zaman Hindia
meniru sejumlah kepintaran, pengetahuan serta kemajuan bangsa Eropa, sehingga lalu
ada yang mengumpamakan Hindia sebagai muridnya negeri Belanda.
"Sekarang
harus dicari sebabnya mengapa sejarah pemerintahan Hindia bisa berubah ubah
sedemikian rupa menurut hemat kami, sebabnya itu cukup banyak. Yang
pertama-tama, sebab semua itu terbawa oleh cara penghidupan manusia dan usaha
manusia untuk hidup di tanah air kita berhadapan dengan kehidupan bangsa-bangsa
asing lainnya. Oleh karena itu, boleh kita pastikan, bahwa sistem pemerintahan
akan berujud dan teratur, jika sesuai dengan keperluan manusia dalam negeri dan
menurut bentuk hubungan dengan bangsa-bangsa lain atau penduduk negeri asing.
Karena hal ini dipandang sebagai pokok atau asal mula urusan, maka saya akan
membuka lebih jauh sejarah kehidupan di Hindia ini.
"Tadi
Saya sudah menerangkan bahwa pada zaman purbakala, semua urusan menjadi
gampang. Begitupun perikehidupan penduduk atau rakyat pada waktu itu karena
tanah di Hindia sangat subur dan penduduknya masih sedikit. Hampir semua
kehidupan penduduk dapat dipenuhi dengan mengusahakan pertanian, yaitu dengan
menanam tanaman pangan. Sedangkan untuk keperluan itu, kerbau, sapi dan hewan
piaraan lainnya dapat dipelihara dengan sungguh-sungguh dan piaraan itu pun
bisa mendapatkan makanan atau rumput yang cukup. Begitulah, kehidupan rakyat serba
mudah. Demikian juga urusan mendapatkan pakaian juga gampang, sebab
saudara-saudara di rumah saja bisa menenun kain dan membatik sendiri. Jenis dan
macam pekerjaan sangat sedikit. Demikian juga cara mereka bekerja tidak
beraneka warna, sehingga mengatur negeri pun juga gampang.
"Tetapi,
tidak semua rakyat dapat hidup dengan gampang melalui usaha pertanian. Seperti
di daerah Jepara misalnya, tanahnya sering kebanjiran atau kekurangan air.
Sebaliknya, di situ ada banyak pohon-pohon jati. Dan dari pohon-pohon penduduk
di sana gampang membikin perabot rumah dan berbagai perhiasan yang indah-indah.
Dan hasilnya bisa ditukar dengan bahan makanan di daerah-daerah lain yang
banyak tanaman pangannya.
"Di
pesisir laut, penduduk mudah mencari ikan lalu menukarkan penghasilannya itu
dengan padi dari daerah lain di negeri ini. Begitulah, semua orang mempunyai
pekerjaan sendiri-sendiri. Dan semua itu dapat berlangsung dengan gampang
karena mereka bekerja sendiri-sendiri juga. Dengan pekerjaan sendiri itu,
mereka dengan gampang menentukan cara serta waktu kerjanya. Hal itu menyebabkan
rakyat merasa merdeka. Merasa merdeka artinya merasa hidup ayem-tentrem. Hanya
karena banyak hutan yang harus dibuka dan karena hutan banyak binatang buasnya
yang harus diusir dengan kekuatan, maka manusia berkumpul bersama-sama membuka
hutan. Dengan berkumpul itu supaya mereka bisa kuat melawan binatang-binatang
buas. Hal itulah yang menyebabkan berdirinya desa-desa. Dan supaya hubungan
manusia yang satu dengan yang lainnya dapat hidup rukun maka setiap desa
dipimpin oleh tetua yang paling pintar dan paling kuat. Adapun orang yang
terpilih disebut lurah. Di mana hutan dibuka secara bersama-sama, maka tanah
yang terbuka itu, pada zaman dahulu kala, dianggap sebagai milik orang sedesa.
Dan di tanah Jawa ini masih banyak aturan tentang hak milik sawah bersama-sama
serupa itu. Begitulah asal mula maka rakyat hidup sendiri dan mengatur
kehidupannya sendiri secara bersama-sama di masing-masing desa. Di sana ada
sistem pemerintahan rakyat. Dan lurah menjadi wakil atau tetua yang terpilih.
Jadi, pada waktu dahulu, kebanyakan lurah adalah orang yang terbaik. Di desa,
hiduplah sistem pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat atau disebut sebagai demokratische
regeeringsvorm.
"Tetapi,
ada juga manusia yang mencari kekuatan dan kekuasaan untuk memerah hasil rakyat
semata dengan cara yang sewenang-wenang. Karenanya rakyat ingin memiliki raja
yang mau memerangi penjahat-penjahat dan dapat merukunkan manusia di seantero
negeri. Pada saat itu juga, di tanah Hindia mulai didirikan kerajaan-kerajaan
yang dipimpin oleh hulubalang-hulubalang dan balatentaranya. Raja-raja itu
tidak semua baik; ada juga raja yang selalu ingin berkuasa sendiri dan berusaha
melebarkan daerah kekuasaannya sehingga sering terjadi peperangan. Bersamaan
dengan zaman kerajaan dan zaman peperangan itu, maka manusia lalu bertambah
juga cara usahanya untuk tetap hidup. Jenis pekerjaan pun menjadi kian
bertambah. Maka dari itu, lalu ada petani, tukang kayu, tukang bikin bata
merah, tukang berkelahi atau prajurit dan sebagainya. Bertambahnya jenis
pekerjaan, akhirnya, menambah banyak pula macam penghasilan. Sampai di sini
ramailah usaha perikehidupan rakyat, maka mulailah ada pasar atau tempat
tukar-menukar penghasilan dan macam-macam barang, juga macam-macam hasil tanah.
Adanya pasar juga menambah pekerjaan pula bagi manusia maka timbullah golongan
saudagar. Berikutnya lalu mulai terbuka zaman perdagangan. Mengingat sangat
sulitnya melakukan tukar-menukar barang juga supaya perdagangan berjalan aman,
supaya tidak banyak orang yang membegal dan sebagainya, maka memanglah perlu
bahwa beberapa desa dikumpulkan menjadi satu kerajaan yang diatur serta dijaga
oleh raja dengan balatentaranya, juga para priyayi dan sebagainya. Untuk
keperluan itu, raja dan pegawainya mesti mendapatkan gaji sehingga rakyat lalu
dikenakan pajak. Zaman dahulu, kalau adil dan rakyat merasa keberatan terhadap
pajak maka mereka lalu meminta tolong pada raja lain. Oleh karena rakyat sering
mengadu raja yang satu dengan yang lainnya, ditambah pula ada raja-raja yang
nakal; mau melebarkan kerajaannya sendiri, supaya semakin kuat dan kaya, maka
sudah barang tentu di Hindia datang zaman peperangan yang terus-menerus yang
memecah tanah air kita ini.
"Pada
zaman, di negeri-negeri lain seperti Arab, Tionghoa, Eropa dan sebagainya mulai
menyerbu kepulauan Hindia untuk berdagang atau mencari penghidupan yang lebih
baik daripada di negerinya sendiri-sendiri. Begitulah, maka Hindia lalu menjadi
terbuka untuk tukar-menukar hasil dengan negeri-negeri lain. Karena berbagai
hasil industri dari negeri-negeri lain yang dikirim dengan kapal itu sangat
berbeda sedemikian rupa dengan hasil-hasil industri serta kerajinan di Hindia
sendiri – jadi barang-barang itu dianggap aneh – maka dagangan itu bisa laku di
sini sehingga perdagangan menjadi kian bertambah ramai. Tetapi semakin ramainya
perdagangan dengan berbagai bangsa dan negeri-negeri lain, juga semakin
menambah kerumitan untuk mengatur pemerintahan di Hindia. Karenanya Hindia
harus kuat dan rukun kalau mau terus dapat mengurus pemerintahan negerinya
sendiri. Namun sebagaimana yang telah ditakdirkan Tuhan Allah, Hindia tidak
begitu rukun, Hindia mulai tercerai berai sewaktu perdagangan itu mulai ramai.
Karena itu, O.I.C. bisa mudah mendapatkan kemenangan sebagaimana yang sudah
saya jelaskan di muka. Begitulah, lalu bangsa Belanda dapat menghimpun kekuatan
dan memerintah Hindia sepenuhnya serta membikin berbagai peraturan negeri yang
sesuai dengan ramainya perdagangan dengan negeri-negeri lain; terutama Belanda
mengatur bermacam hal di Hindia yang semakin menambah ramainya perdagangan
dengan negeri Belanda sendiri. Sehingga, kekayaan di Hindia dengan gampang
ditarik ke Eropa. Perbuatan semacam ini, waktu itu, dikatakan sudah menjadi
kodrat sehingga waktu itu dianggap adil juga.
"Pada
zaman itu, jenis dan macam perkerjaan serta usaha rakyat di Hindia juga semakin
banyak macamnya. Mereka lalu mulai meniru kepandaian dan kemajuan bangsa Eropa.
"Tidak
lama setelah Hindia diperintah bangsa Belanda, di Eropa ada perubahan besar
kemajuan manusia yang juga membawa perubahan besar di seantero dunia yakni
mereka bisa membikin mesin-mesin dan pabrik-pabrik. Lalu mulai berdiri pabrik
kereta api, pabrik kain atau cita-cita. Pendek kata, sekarang adalah
zamannya mesin dan pabrik yang digerakkan oleh tenaga air dan api alias stoom
dan kemudian dengan sistem elektrik dan sebagainya.
"Keberhasilan-keberhasilan
baru itu tidak saja membawa dampak perubahan yang besar di negeri Eropa, tetapi
juga di Hindia. Karena kita berada di Hindia, saya akan menerangkan perubahan
yang terjadi di Hindia saja. Pabrik-pabrik di Eropa dapat menghasilkan
barang-barang perdagangan seperti kain, perabotan rumah, perhiasan badan dan
sebagainya. Jumlah barang itu amat banyak sebab sebuah pabrik dapat bekerja
dengan cepat dan bagus. Jadi, barang hasil produksi pabrik bisa sangat banyak
jumlahnya serta murah. Begitulah dalam hal tukar-menukar penghasilan antara
Hindia dengan barang-barang dari pabrik Eropa maka barang-barang produksi Eropa
dapat mengalahkan barang-barang bikinan Hindia yang kalah baik dan kalah murah
ketimbang barang hasil pabrik Eropa. Kain tenun, batik, nila Jawa dan
sebagainya mulai digantikan oleh kain cap-capan, cat-cat pabrik Eropa dan
sebagainya. Karena itu, berbagai pekerjaan bumiputera seperti menenun,
membatik, membikin nila Jawa dan sebagainya mulai mengalami kemunduran.
"Semakin
lama perdagangan bertambah ramai sehingga toko-toko dan gudang-gudang di kota
bertambah banyak juga. Mundurnya beberapa jenis pekerjaan yang lama lalu
diganti dengan berbagai macam pekerjaan-pekerjaan yang baru, seperti menjadi
juru tulis toko, mandor, klerk, kuli dan lain-lain sebagainya.
"Adapun
di Eropa orang-orangnya yang kaya terus saja mendirikan pabrik-pabrik baru. Dan
begitulah sampai ada pabrik membikin peralatan pabrik. Semakin lama
pabrik-pabrik ini kian bertambah banyak serta bertambah banyak pula mesin-mesin
yang dihasilkan oleh pabrik. Akhirnya, di Eropa sendiri ada kesulitan lahan
untuk mendirikan pabrik-pabrik baru. Sehingga, sangatlah perlu, mesin-mesin
baru itu dijalankan juga di tanah Hindia. Semenjak itu, maka di Hindia lalu ada
spoor atau kereta api tram, pabrik gula, pabrik beras dan sebagainya.
Pabrik-pabrik di Hindia ini bisa menyewa tanah atau membeli hasil bumi buat
diolah di pabrik. Karena itu, pekerjaan para petani lalu juga terdesak. Hal itu
jelas mengurangi produksi padi atau beras. Kalau dibandingkan dengan
pertambahan penduduk produksi itu tidak mampu lagi mengimbangi keperluan hidup
rakyat di Hindia.
"Sudah
barang tentu terdesaknya berbagai macam pekerjaan asli milik bumiputera itu ada
imbangannya dengan datangnya berbagai jenis pekerjaan baru sebagaimana yang
sudah saya jelaskan di muka. Selain itu, ditambah lagi dengan adanya perkerjaan
sebagai tukang-tukang besi di bengkel-bengkel, letter-zetter di drukkerij,
masinis, kondektur kereta api, sopir dan sebagainya. Jadi nyatalah, karena
terbawa oleh kemajuan manusia, negeri menjadi tambah ramai dan tambah ruwet
pula. Semakin ramainya negeri itu memaksa supaya negeri itu pun tersebut dapat
diatur dengan kuat dan baik. Hal yang mana juga semakin menambah biaya
pengeluaran untuk itu. Artinya, pajak di negeri itu mestinya dinaikkan juga.
Inilah jalannya kodrat, jadi sudah sebagaimana adilnya.
"Semakin ramainya sistem perdagangan itu,
sudah barang tentu, juga membutuhkan pegawai-pegawai yang pintar untuk menulis
dan menghitung atau memperkirakan. Selain itu, juga dibutuhkan pegawai-pegawai
yang pandai berbahasa Belanda untuk dipekerjakan di toko-toko Belanda itu. Oleh
karena itu, di Hindia juga perlu ditambah sekolah-sekolah bumiputera. Dengan
sekolah itulah akan tercipta bumiputera yang pandai. Semenjak munculnya
kepandaian itu, maka rakyat Hindia mulai bergerak maju dengan pesat menuju
kemerdekaan bangsa dan tanah airnya. Hal ini juga sesuai dengan jalannya
kodrat, jadi adil juga. Dan karena itu lalu ada Tuan-Tuan seperti V. Deventer
yang memasukan sistem politik etis dalam pemerintahan di Hindia.
"Sekarang
kita mesti menyelidiki dan mengurus juga apakah keramaian dan keruwetan zaman
baru ini juga semakin menambah kemakmuran dan keselamatan rakyat di Hindia.
Meskipun sudah nyata bahwa hal itu sudah menambah kemajuan dan kepandaian
secara lahiriah pada Hindia.
"Saudara-saudara
tahu, dalam situasi serba ramai begini, mulai timbul dua golongan manusia.
Yaitu pertama, golongan yang memiliki pabrik-pabrik, maskapai-maskapai kereta
api dan mobil, toko-toko dan sebagainya. Yang kedua adalah golongan kaum buruh
dari berbagai macam bangsa atau mereka yang bekerja di perusahaan golongan pertama.
Golongan kaum buruh ini asalnya adalah dari kaum petani, tukang batik, tukang
tenun, pedagang kecil dari berbagai macam bangsa dan sebagainya. Sebagaimana
tadi sudah saya terangkan, mereka kehilangan pekerjaannya karena terdesak oleh
pabrik-pabrik, oleh mesin-mesin dan perdagangan besar.
"Semakin
canggih dan berkembangnya pabrik dan mesin, semakin kuat pula desakannya
menghilangkan pekerjaan asli bumiputera. Adapun Saudara-Saudara bisa mengerti
bahwa pekerjaan asli tadi dapat memerdekakan perasaan rakyat. Tiba-tiba
sekarang pekerjaan itu terdesak sehingga kaum buruh kian hari kian bertambah.
Bersamaan dengan itu, maka atas usaha manusia yang pintar-pintar, dalam mesin
dan pabrik semakin bertambah canggih, ada yang lalu dijalankan dengan sistem
elektrik dan sebagainya. Kalau kerja mesin dan pabrik bertambah baik, maka
manusia yang bekerja di mesin atau pabrik itu bisa dikurangi jumlahnya.
Umpamanya begini, dahulu pabrik gula menggunakan pabrik kuno dan tiap tahun
bisa memproduksi 50.000 karung gula, tetapi pabrik itu membutuhkan pekerja yang
jumlahnya 500 orang. Sekarang pabrik dibikin semakin baik dengan mesin-mesin
model baru, maka saban tahun lalu bisa menghasilkan 100.000 karung gula,
sedangkan buruh yang dibutuhkan tetap hanya 500 orang. Jadi, nyatalah bahwa
mesin baru bisa mendesak, mengurangi buruh sejumlah 500 orang. Sebab jika
pabrik tidak dibikin baik, tentu harus ada 1.000 orang yang mesti bekerja di
pabrik itu, untuk dapat menghasilkan 100.000 karung gula. Dari contoh ini,
nyata bahwa semakin maju pabrik dan mesin-mesinnya tidak berarti semakin
membutuhkan kaum buruh. Tambah maju mesin dan pabrik tambah banyak pula pekerja
yang terdesak oleh kekuatan mesin. HaI yang mana semakin menambah susahnya
manusia mencari pekerjaan atau penghidupan meskipun jenis dan macam pekerjaan
bertambah. Pada saat ini lalu datang masanya kaum buruh saling berebut
pekerjaan. Mereka mau dibayar murah, asal saja dapat kerjaan.
"Hal
ini yang menyebabkan perubahan besar di desa-desa. Yaitu perubahan yang
membikin ruwetnya mencari pekerjaan dan penghidupan penduduk asli. Itulah salah
satu sebab juga yang menyebabkan kemunduran pemodal kecil dan kemakmuran serta
keselamatan rakyat di Hindia.
"Tetapi
selain dari ini ada sebab yang lain lagi, yaitu orang-orang yang bermodal yang mempunyai
pabrik-pabrik, kapal, spoor, toko-toko dan sebagainya; orang-orang itu satu
sama lain saling berebut keuntungan; sehingga sering tidak mendapatkan
keuntungan. Umpamanya begini, mereka saling bersaing menjual murah asal saja
barangnya lekas habis dan laku. Jadi meski untungnya hanya sedikit sering kali
untungnya akhirnya juga menjadi banyak juga. Selama golongan bermodal itu masih
bersaing begitu, tentulah rakyat atau penduduk yang enak sebab bisa membeli
barang dengan harga yang murah sedang pengusahanya semakin merugi. Tetapi kaum
saudagar besar, tambah lama tambah pintar juga. Akhirnya, lalu mereka bersatu
dengan sesama golongan masing-masing. Sehingga lalu mereka bersama-sama
menaikkan semua harga barang-barang kebutuhan manusia. Umpamanya saja sekarang
semua pabrik gula di Hindia bersatu dalam Java-Suiker Syndikaat dan itu
perkumpulan saudagar yang besar, tentu lalu bisa bersatu menaikkan harga gula
bersama-sama atau kalau perlu menurunkan harga secara bersama-sama pula.
Begitulah adanya dengan semua itu; rakyat bertambah lama bertambah susah
hidupnya karena semua harga-harga kebutuhan manusia semakin naik terus
harganya. Sedangkan hasil rakyat itu tidak pernah naik secara sepadan. Karena
mereka berebut pekerjaan sebagaimana yang sudah saya jelaskan. Nah, sekarang
saudara-saudara juga sudah tahu sebab yang kedua yang menambah mundurnya
kemakmuran rakyat. "Yang ketiga, tadi saya sudah terangkan, bahwa negeri
yang bertambah ramai itu perlu diatur dengan lebih baik dan aturannya harus
tambah baik juga. Dengan sistem aturan atau pemerintahan yang semakin baik
tentu saja juga semakin menambah warna dan macamnya. Sehingga rakyat di desa
sering tidak tahu atau mengerti betul dan menjadi bingung karenanya. Mereka
hanya bisa mengerti dengan sesungguhnya kalau sudah merasa bahwa suatu aturan
baru yang ada itu sangat diperlukan oleh mereka. Sedang banyak di antara mereka
belum merasa perlu untuk itu. Perasaan rakyat di kota-kota dan sedikit berbeda
dengan perasaan rakyat di desa-desa yang dekat dengan kota-kota itu. Sedangkan
perasaan penduduk di desa-desa yang jauh dari kota-kota itu juga lain lagi.
Begitulah, sistem pemerintahan yang satu macam dari atas, sering hanya sesuai
dengan perasaan dan kebutuhan penduduk di suatu tempat dan belum tentu sesuai
dengan kebutuhan penduduk di tempat lain. Sebaliknya, jika setiap pemerintahan
itu mengadakan sistem aturan sendiri-sendiri di tiap-tiap tempat, tentulah lalu
menjadi kekurangan tenaga dan kebanyakan kerjaan. Hal ini semua sering
menyebabkan susahnya kehidupan rakyat. Apalagi rakyat sudah semakin pintar dan
bertambah besar juga keperluannya guna untuk hidup yang pantas. Sehingga
sekarang ini rakyat sudah mempunyai keinginan untuk turut mengatur negeri dan
utamanya untuk turut mengatur penghidupannya di tempat masing-masing. Dan
umumnya ingin turut memerintah di seantero Hindia ini tanpa kecuali.
"Perubahan
karena ketiga sebab tadi sudah menambah sukarnya kehidupan rakyat sedang
sekarang ada begitu banyak yang mesti diikuti. Sehingga peraturan agama
mendapat persaingan dengan peraturan negeri dan peraturan mencari penghidupan.
Akhirnya, orang-orang yang tidak tebal imannya lalu tidak lagi setia kepada
kebaikan dan ajaran agamanya. Ajaran agama pun turut mengalami kemunduran.
Begitulah, maka semakin lama orang-orang jahat juga semakin bertambah banyak.
"Jadi,
nyatalah bahwa kesukaran dan kesusahan rakyat Hindia sekarang ini karena
terbawa oleh kodrat atau kepastian sesuai dengan jalannya kemajuan dunia. Zaman
yang sukar demikian ini juga sudah sampai di Eropa yaitu di negeri Belanda
sendiri dan di mana saja. Di seantero dunia tentu suatu ketika akan datang masa
atau zaman serba susah bagi rakyat negerinya masing-masing.
"Saudara-saudara!
Meskipun jalannya perubahan begini, namun kita tidak boleh bilang 'masa bodoh'
atau 'na, ya sudah, kita diam saja!' Ketahuilah, orang yang diam saja
dan tidak mau berusaha itu sama halnya melawan kodrat juga. Sebab habis malam
pasti datang siang. Habis susah pasti datang senang. Dan untuk mendapatkan
kesenangan itu, kita manusia wajib berusaha. Dan dengan berusaha, kita manusia
pasti akan dapat memakmurkan dan memuliakan kehidupan rakyat lahir dan batin.
Dan kalau Saudara-Saudara sudah mengetahui kewajiban berusaha itu, maka
Saudara-Saudara akan bisa membantu kemajuan tiap-tiap zamannya.
"Zaman
serba susah sekarang ini memang sudah kodrat, tetapi kodrat juga sudah
mendatangkan benih-benih yang akhirnya pasti mendatangkan keselamatan pada
manusia. Kehidupan yang susah menimbulkan niat manusia untuk berusaha
memperbaiki kehidupannya itu. Dan usaha manusia yang disebabkan oleh
kesusahannya supaya bisa mendapatkan kesenangan. Usaha manusia itu sendirilah
yang menumbuhkan benih-benih kesenangan yang akan memuliakan lagi manusia di
akhir zamannya. Bagaimanakah manusia berusaha untuk memperbaiki hal itu? Di
sini akan saya terangkan sedikit.
"Tadi
saya sudah terangkan bahwa dalam urusan lahir, perkara harta benda, ada
golongan manusia yang sekarang ini menguasai. Yakni kaum yang bermodal yang
mempunyai pabrik-pabrik, spoor, bank-bank, toko-toko, uang dan sebagainya. Kaum
ini jumlahnya sangat sedikit sekali ketimbang jumlahnya kaum buruh. Tetapi kaum
yang bermodal, saudagar-saudagar besar itu, pada zaman sekarang ini sedang
menang dan berkuasa. Mereka pintar dan kuat sebab mereka bersatu antar sesarma
golongannya buat bersama-sama menumpuk kekayaan. Sebagai golongan saudagar,
sudah barang tentu mereka bermaksud terus mencari keuntungan. Begitulah, karena
mereka mempunyai kepintaran dan kekuasaan, mereka mempergunakannya untuk
mendapatkan keuntungan bagi golongannya. Banyak di antara mereka yang memiliki
sifat adil dan berperkemanusiaan yang baik. Tetapi sebagai golongan saudagar,
mereka 'wajib' mencari keuntungan. Jadi, karena konsekuensi dari maksud
berusaha atau dagang dan bukan karena maksud jahat, maka terpaksa mereka
mencari keuntungan itu. Sekarang hendak ditanyakan, dari mana mereka dapat
menarik keuntungan itu?
"Sudah
tentu keuntungan itu didapat dari pabrik-pabrik atau usaha perdagangan mereka
atau perusahaan di mana kaum buruh bekerja di situ. Dan juga dari adanya trust
atau syndikaat dari konsumen yang membeli. Jadi mereka mendapatkan
keuntungan itu dari pekerjaan para kaum buruh serta dari rakyat yang menjadi
konsumennya. Begitulah, kaum bermodal yang berkuasa sangat gigih dalam
berusaha, berdasarkan kepintaran serta kerukunan antar kaumnya. Maka mereka
lalu bisa menarik keuntungan dari rakyat konsumen dan kaum buruh yang bekerja.
"Sebaliknya,
di mana ada keuntungan, di lain pihak pasti ada kerugian. Karena kaum bermodal
yang mendapatkan keuntungan, maka yang merugi adalah kaum buruh serta rakyat
konsumen. Dengan demikian, golongan ini kehidupannya menjadi susah sebagaimana
tadi sudah saya terangkan. Jadi nyatalah dalam urusan lahiriah, kaum bermodal
sekarang ini memang pintar, kuat, dan berkuasa meskipun jumlahnya hanya
sedikit. Mereka dalam persaingan memperebutkan kebutuhan, memusuhi kaum buruh
yang jumlahnya banyak itu dan menang. Apa sebabnya mereka bisa menang? Karena
mereka berkuasa. Yang pintar, kuat dan berkuasa, tentulah yang menang. Di
sinilah rahasia kodrat atau jalannya usaha yang penting untuk kaum buruh dan
rakyat. Pintar, kuat dan berkuasa, selamanya pastilah menang!
"Tadi
sudah saya terangkan bahwa kaum buruh tambah lama makin banyak jumlahnya,
sedang rakyat makin lama juga makin pintar. Mereka dipintarkan oleh kaum
bermodal. Sebab ingin mempunyai pegawai yang pintar menulis, menghitung dan
sebagainya, mereka terpaksa membantu berdirinya sekolahan-sekolahan. Yang
kedua, rakyat mendapatkan kepintaran karena kehidupan yang melarat itu,
memperkeras usahanya. Di sini kaum bermodal dipaksa oleh perusahaannya sendiri
supaya memberi senjata kepada kaum buruh dan rakyat untuk memperjuangkan maksud
masing-masing. Artinya telah tumbuh benih zaman baru.
"Sebab
kepintaran kaum buruh dan rakyat selalu bertambah, maka mereka berusaha supaya
dapat memenangkan dalam persaingan perebutan rezeki atau hasil duniawi. Yaitu
berebut memusuhi kaum bermodal. Ini juga telah sesuai dengan zaman atau kodrat,
jadi nyata juga adilnya.
"Bagaimana
kaum buruh dan rakyat bisa menang ialah dengan jalan mencari kekuatan dan
kekuasaan juga. Dengan kepintaran, kekuasaan dan kekuatan, itulah mereka
mendapatkan jalan kemenangan. Bagaimana mereka bisa kuat dan berkuasa yaitu
dengan rukun bersatu atau mendirikan perkumpulan. Begitulah, maka
perkumpulan-perkumpulan di tanah Hindia sekarang ini ada banyak jumlahnya,
karena memang sudah tuntutan sebagaimana yang sudah saya jelaskan. Dengan
pendek kata, memang sudah merupakan tuntutan zaman.
"Karena
itu, ada perkumpuIan-perkumpulan yang sangat adil dan tidak bisa
dihalang-halangi atau dibunuh oleh siapa pun juga manusianya. Sebab, manusia
yang mau membunuh mati perkumpulan yang lahir karena tuntutan zaman, boleh
dikatakan mau membalik jalannya matahari. Hal yang memang sungguh mustahil
dilakukan. Memang bisa juga di sana-sini sebuah perkumpulan mengalami
kemunduran sementara waktu, atau boleh diumpamakan sedang sakit atau pingsan,
tetapi umumnya perkumpulan yang lahir karena tuntutan zaman kemajuan, setiap
langkah akan maju terus selangkah demi selangkah tanpa henti. Segala rintangan
justru semakin menambah pintar mereka untuk terus maju.
"Tetapi
patut diketahui betul-betul maksud dan tujuan perkumpulan kita. Maka perlulah
di sini saya menerangkan terlebih dahulu bahwa dalam hal perkumpulan kaum buruh
dan rakyat ada tiga caranya.
"Jalan
yang pertama, rakyat mesti rukun bersatu bersama-sama berusaha atau berdagang
sendiri, yaitu dengan jalan mendirikan koperasi. Dengan mengumpulkan uang maka
mereka harus mendirikan toko-toko sendiri untuk berjual beli barang-barang
kebutuhan sendiri. Rakyat lalu tidak mau membeli di lain tempat selain di
tokonya sendiri. Tidak mau menjual kepada saudagar lain, kecuali pada tokonya
sendiri itu. Maka dengan jalan seperti itu, keuntungan bisa masuk ke dalam
tokonya sendiri itu atau dalam perusahaannya sendiri. Dan dengan bersatu mereka
saban waktu bisa membagi secara adil keuntungannya mereka sendiri itu. Artinya
keuntungannya bisa dibagi dengan adil di antara rakyat konsumennya atau
pelanggannya dengan penjualnya pada toko atau perusahaan koperasi itu. Dengan
cara berusaha semacam ini, keuntungan toko atau perusahaan, kaum bermodal itu
lalu menjadi berkurang, akhirnya hilang sama sekali sebab pindah ke tangan
rakyat. Sesungguhnya, jalan berusaha seperti koperasi ini memang sangat halus,
tetapi amat lama berhasilnya dan sering mati di tengah jalan, kalau yang
memimpin dan yang dipimpin tidak setia dan telaten dengan sungguh-sungguh. Kita
harus tidak lupa bahwa kaum bermodal, memang sangat pintar membunuh toko-toko
dan perusahaan rakyat yang modalnya cuma sedikit itu. Meskipun begitu, rakyat
harus wajib berusaha terus-menerus mendirikan koperasi. Itulah sebabnya di sini
perlu dipilih pimpinan dari orang-orang yang paling pintar, terbaik dan paling
setia sendiri. Sebab kalau tidak begitu, akhirnya koperasi itu akan sakit dari
dalam dan mati juga. Dari itu, bukan sembarang orang boleh dijadikan
pemimpin-pemimpin atau pengurus koperasi." ("Betu1!" kata vergadering
dengan sorak sorai).
"Mengingat
beratnya jalan yang pertama maka ada cara lain yang harus dijalani oleh rakyat
dengan melalui jalan yang kedua yaitu perkumpulan pekerja atau bersatu dalam vakbond.
Di sini para rakyat yang menjadi kaum buruh bersatu dengan sesama buruh
yang sesuai dengan golongan pekerjaannya masing-masing. Seperti yang bekerja di
perusahaan spoor bersatu dalam vakbondpegawai spoor yang bekerja
sebagai letter-zetter bersatu dalam vakbond-letter-zetter-drukker
dan sebagainya. Dengan berkumpul sesuai dengan jenis pekerjaannya itu maka kaum
buruh dapat merebut kekuatan dan kekuasaan para kaum bermodal atau yang
mempunyai spoor, drukerij dan sebagainya. Begitulah, kaum yang bermodal,
yang memberi pekerjaan pada kaum buruh mendapatkan imbangan dengan vakbond-vabond.
Sebab dengan bersatu dalam vakbond-vakbond itu kaum buruh lalu bisa
berkuasa meneruskan jalannya pekerjaan atau perusahaan, juga bisa berkuasa
bersama-sama untuk menghentikan jalannya perusahaan itu. Meski yang memberi
pekerjaan juga berkuasa berbuat serupa itu. Adapun jika hanya yang memberi
pekerjaan yang berkuasa berbuat serupa itu, sedang kaum buruh tidak, tentulah
kaum priyayi atau kaum yang pemberi kerja (yang bermodal) lalu berkuasa sendiri
dan bertindak sewenang-senang, memerintah dan membayar si buruh. Sehingga si
pemberi kerja bisa menarik keuntungan yang sebesar-besarnya dari kerja kaum
buruh. Kaum buruh pun kehidupannya bertambah miskin terus-menerus. Oleh karena
itu, cara yang kedua atau jalan vakbond-vakbondsangat perlu dan penting
sekali bagi rakyat yang menjadi buruh. Karena kaum buruh lalu bisa memiliki
kekuatan dan kekuasaan untuk mengimbangi kekuasaan kaum pemberi kerja. Dengan
perimbangan kekuasaan sedemikian maka kaum buruh bisa meminta perbaikan gaji
dan lamanya jam kerja dalam sehari-harinya. Meminta supaya jangan bekerja
terlalu lama sehingga menyebabkan tubuh lekas hancur. Meminta supaya
pekerjaannya dihargai dan jangan mereka dipecat dengan mudah seperti barang
yang tak bernyawa. Jadi kaum buruh lalu berkuasa merebut keuntungan perusahaan
serta lalu bisa memperbaiki kehidupannya. Inilah usaha yang adil dan sangat
baik, jadi mustinya bisa dijalankan dan sesuai dengan maksud serta tujuannya.
("Betul, mufakat!" kata vergadering dengan tepuk tangan
yang ramai!).
"Di
sini saya sudah menerangkan dengan singkat dua jalan dan tinggal menerangkan
jalan yang ketiga, yaitu pergerakan politik namanya. Arti politik yaitu
'mengurus dan mengatur negeri' atau 'turut berbuat' ataupun juga 'berusaha
turut berbuat begitu'. Apa sebabnya rakyat dan kaum buruh harus mempunyai
perkumpulan politik?
"Tadi
saya sudah menerangkan bahwa negeri ini bertambah ramai, aturan pemerintahan
lalu bertambah ruwet, hal yang mana sering membikin salah pengertian pada
rakyat. Sedang keadaan di sana-sini berubah-ubah dan berbeda-beda. Sehingga
banyak aturan negeri yang perlu diperbaiki supaya sesuai dengan keadaan dan
keperluan rakyat banyak. Gupermen sungguh repot mengatur hal-hal yang demikian
ini sendirian, jika rakyat tidak turut campur tangan. Dan rakyat tambah lama
tambah pintar juga jadi ingin turut campur tangan mengurus dan mengatur
negerinya sendiri. Oleh karena hal-hal ini, rakyat seharusnya ikut campur
tangan dalam mengurus dan mengatur negerinya. Jadi, semua aturan dan urusan
pemerintahan negeri mestinya diselenggarakan melalui mufakat terlebih dahulu
dengan rakyat. Untuk hal itu maka perlu dibentuk perkumpulan rakyat. Yaitu
sebagian dari orang-orang yang dipilih harus mengurus desa dan bertempat
tinggal di situ juga. Dan ada juga yang mengurus sebuah afdeeling serta
mengurus seantero negeri Hindia dan lain-lain. Mereka boleh dinamakan 'wakil
rakyat pembikin wet'. Sebab mereka harus dipilih oleh rakyat dan
mengatur negeri dengan wet yang sesuai dengan keperluan rakyat. Apa
sebabnya sekarang rakyat harus turut mengatur, mengurus dan memerintah
negerinya? Tadi saya sudah bilang bahwa ada orang yang memperumpamakan kita
rakyat Hindia sebagai anaknya Gupermen Belanda. Tetapi golongan kaum yang
bermodal, yang kaya-kaya itu juga anaknya Gupermen Belanda. Jika dua anak itu
berebutan hasil dunia atau rezeki, siapakah yang akan dibantu oleh ayahnya?
Sudah barang tentu anak yang sudah pintar dan sudah besar. Sebab ada pepatah
mengatakan 'saudara muda mesti menurut kepada yang tua'. Jadi semakin pintar
dan kuat saja kaum bermodal itu dan tambah menang juga pengaruhnya terhadap
semua aturan negeri. Karena pengaruhnya yang besar itu dapat menyusahkan
peraturan negeri yang sesuai dengan koperasi dan vakbondatau jalan usaha
yang pertama dan kedua tersebut. Ya, dengan pengaruh kaum bermodal dalam
pemerintahan negeri maka keperluan rakyat mudah dikalahkan, sehingga akan
terus-menerus menjadi celaka. Oleh karena itu, pihak rakyat harus ikut bergerak
dalam politik juga. Selain dari itu, rakyat yang semakin pintar, ada juga yang
memperumpamakan kita rakyat Hindia sebagai muridnya Gupermen Belanda. Dan kalau
rakyat itu atau anak itu atau murid itu sudah cukup kepandaiannya serta
kekuatannya, tentulah orangtua atau guru mau melepaskan anak atau muridnya itu.
Itu artinya rakyat Hindia lalu diperkenankan untuk berkuasa memerintah
negerinya sendiri. Dan merdekalah Hindia ini. Kapan bisa merdeka? Na,
itu tergantung dari niat anak atau murid yang belajar. Jadi kalau tekun
belajarnya dan terus berusaha mendapatkan kepintaran dan kekuatan mengurus
negerinya itu, maka suatu waktu atau zamannya bisa dipercepat, dan cepat juga
kita dipandang cukup untuk memerintah negeri dan hidup kita sendiri ("Betul-betul,"kata
vergadering dengan sorak-sorai yang riuh dan damai).
"Adapun
tempat belajar itu, ialah dalam pergerakan perkumpulan politik!
("Cocok," sambut vergadering lagi dengan gembira).
" Saudara-saudara,
di sini saya sudah menerangkan tiga cara berusaha rakyat. Adapun kalau rakyat
dalam tiga jalan itu, betul-betul sudah pintar, kuat dan berkuasa dan kalau kaum
yang bermodal yang kaya-kaya itu masih selalu menarik keuntungan dari rakyat,
nah, di situ wajiblah kita berusaha supaya cita-cita pergerakan kita berhasil.
"Komunisme
itu ialah ilmu mengatur pergaulan hidup supaya dalam pergaulan hidup itu
orang-orang jangan ada yang bisa memeras satu sama lainnya. Ilmu itu mau
menghilangkan bentuk perdagangan biasa seperti yang ada sekarang ini. Jadi,
modal saudagar-saudagar yang ada sekarang ini, seperti pabrik-pabrik,
kereta-kereta api, kapal-kapal, gudang-gudang dan lain-lain, semua itu supaya
dijalankan oleh rakyat sendiri tidak lagi oleh para saudagar-saudagar itu.
Untuk keperluan itu, umpamanya mesti diatur dengan cara begini:
(1) Kaum
buruh harus bekerja di pabrik-pabrik dan tanah-tanah serta menghasilkan kain, lena
lawon, kopi, teh, gula dan sebagainya;
(2) Kaum
petani harus bekerja di sawah-sawah untuk menghasilkan beras, ketela, padi dan
sebagainya;
(3) Hasil
kaum buruh dan kaum tani itu lantas dimasukkan dalam gudang-gudang umum atau
gudang-gudang rakyat.
(4) Kalau
ada keperluan untuk menukar hasil yang dengan hasil yang lain, diadakan
tukar-menukar, sehingga ini lalu ada;
(5) Kaum
buruh yang harus bekerja di kereta api, tram, kapal, pos, telegram dan
sebagainya. Sudah tentu kereta api, tram dan lain-lain itu masih dinaiki orang
juga. (Vergadering tertawa);
(6) Supaya
tukar-menukar ini bisa adil, kaum buruh dan kaum tani mengadakan
majelis-majelis yang tiap ada perlu atau tiap bulan atau tahun menyelenggarakan
rembugan atau vergadering-vergaderinguntuk memberi makan dan pakaian
sampai cukup kepada semua buruh dan tani yang bekerja di situ, juga yang sakit,
yang belum bisa kerja atau masih anak-anak atau yang sudah tidak bisa kerja
atau sudah tua;
(7)
Majelis-majelis itu juga harus memutuskan apa yang mesti diproduksi atau
ditanam, misalnya kalau di gudang umum kebanyakan korek api, tidak habis untuk
keperluan rakyat, pabrik korek api itu lalu ditutup dan buruh yang bekerja di
situ pindah untuk kerja membikin rumah-rumah. Kalau kebanyakan beras, tidak
habis dimakan sehingga bisa rusak, lalu orang-orang tani tidak menanam padi,
tetapi menanam tembakau. Begitu seterusnya.
"Hal-hal
ini harus diputuskan oleh majelis-majelis di atas. Jadi tidak seperti sekarang,
rakyat kekurangan beras, tetapi para saudagar tetap menanam tebu untuk gula,
asal saudagar itu dapat untung banyak. Mereka tidak peduli dengan keperluan
hidup orang senegeri sendiri.
(8)
Majelis-majelis itu umpamanya diatur begini:
a. Di
tiap-tiap desa didirikan satu majelis yang setiap mau ada vergadering, utusan-utusannya
atau tetua-tetuanya semua berasal dari desa itu dan dipilih oleh para petani
dan buruh di desa itu juga. Di vergadering yang mempunyai hak suara
hanya utusan-utusannya, tetapi rakyat sedesa harus diizinkan boleh melihat dan
mendengarkan, agar utusan-utusan itu tidak berbicara semaunya sendiri, tetapi
memperhatikan keperluan hidup orang sedesa. Sehabis membuat keputusan, maka
majelis itu bubar dan utusannya lalu bekerja lagi seperti biasa.
b. Di
pabrik-pabrik para buruh itu mendirikan Majelis Pabrik dengan aturan seperti
butir a.
c. Di
kapal-kapal, spoor dan tram, tiap-tiap vaknya umpamanya seperti itu
juga.
d.
Mejelis-Majelis Desa, majelis-majelis pabrik, majelis-majelis spoor dan
sebagainya ini lalu tiap atau perlu ada tiga bulan sekali, umpamanya, mengirim
utusan-utusan untuk mengadakan vergadering di kota-kota terdekat. Mereka
mengadakan vergadering dan memutuskan apa yang mesti dikerjakan semua
orang, apa yang mesti ditukar-tukarkan dan sebagainya. Vergadering-nya utusan
desa, pabrik dan lain-lain ini boleh dikatakan sebagai 'Majelis Kota'.
e.
Majelis-Majelis Kota sewilayah tiap bulan, umpamanya dan kalau ada perlunya
mengirim utusan-utusan untuk pergi ke ibukota negeri. Dan di situ utusan-utusan
tadi mengadakan vergadering untuk memutuskan aturan-aturan besar bagi
keperluan hidup kaum buruh dan tani senegeri. Majelis ini boleh dikatakan
Majelis Negeri.
f.
Semua utusan dari semua majelis-majelis ini kalau sudah pulang harus
menerangkan pada semua orang apa yang sudah diputuskan dalam Majelis Negeri.
Keputusan Majelis Kota, tidak boleh melanggar keputusan Majelis Negeri, sebab
Majelis Negeri sifatnya lebih tinggi dan umum. Keputusan Majelis Desa dan
Majelis Pabrik tidak boleh melanggar keputusan Majelis Kota dan Majelis Negeri
sebagai yang lebih besar dan umum. Kalau keputusan-keputusan itu sudah
diumumkan, maka harus diikuti dan dikerjakan oleh orang senegeri dan semua
utusannya harus ikut bekerja lagi sebagai buruh atau tani seperti biasa. Semua vergadering
majelis-majelis harus ada "oppen baar" (bersifat terbuka)
di mana rakyat boleh melihat dan mendengarkan sesukanya.
g.
Majelis-majelis ini tiap satu tahun sekali umpamanya harus memilih bestuur harian
seperti presiden, komisaris dan sebagainya. Kalau ada presiden atau komisaris
yang berbuat susuka hatinya, harus dilepaskan oleh majelis dan diganti yang
baru.
h. Untuk
tingkat desa, bestuur harian ini cukup tiga orang saja umpamanya,
sedangkan di kota boleh sembilan atau lima belas atau dua puluh lima.
i.
Komisaris-komisaris Majelis Negeri itu mendapat bagian pekerjaan, umpamanya
menjadi presiden spoor dan tram senegeri, presiden pertanian satu
komisaris dan presiden sekolahan satu komisaris. Begitu seterusnya.
j.
Kalau ada orang jahat lalu dihukum oleh Majelis Hukum yang terdiri dari lima
orang umpamanya dan kelima orang itu dipilih orang sedesa atau sepabrik. Dan di
kota ada Majelis Hukum Kota umpamanya. Dan Majelis Hukum Negeri dipilih oleh
Majelis Negeri. Orang-orang yang dipilih sebagai Majelis Hukum boleh mengadakan
kunjungan ke Majelis Hukum Kota atau Majelis Hukum Negeri.
Gambar
majelis-majelis itu umpamanya begini:
"Di
atas ini, model a sampai j ialah rancangan dari peraturan
pergaulan hidup yang berdasarkan ilmu Komunis. Jadi tidak ada lagi pedagang,
priyayi, atau amtenar, pajak dan sebagainya.
"Semua
rakyat jadi lantas bisa mengatur sendiri pekerjaannya, hidupnya dan sebagainya.
Dan orang-orang yang memeras dan menindas lalu juga menjadi hilang.
"Sudah
tentu saja, keterangan di atas itu hanya rancangan singkat sebab sesungguhnya
di kemudian hari akan lebih baik dan lebih lebar lagi.
"Aturan
dagang dengan negeri lain diputuskan oleh Majelis Negeri. Jadi, tidak ada orang
atau pedagang yang bisa berdagang semau-maunya sendiri dengan negeri-negeri
lain.
"Jadi,
aturan pergaulan hidup yang berdasarkan paham komunis ada perbedaan besar
dengan aturan sekarang ini yang kita sebut sebagai aturan hidup kapitalis. Ya,
malahan boleh dikatakan kebalikannya. Sebab itu komunisme dikatakan
revolusioner dan membalik-balikkan keadaan.
"Pemerintah
di Hindia sekarang ini bisa membikin aturan pergaulan hidup berdasarkan paham
seperti ini kalau ia mau.
"Sudah
barang tentu, aturan ini tidak lantas bisa diterapkan besok pagi di Hindia,
tetapi harus diusahakan. Dan kalau usaha yang bertahun-tahun itu sudah masak
lantas akan datang sendiri di kemudian hari.
"Orang-orang
yang tergerak hatinya untuk berusaha mewujudkan aturan pergaulan hidup seperti
komunisme itu maka disebut sebagai orang komunis.
"Vakbond-Vakbond
yang baru
mau berusaha seperti itu. Tetapi vakbond-vakbond yang kuno dan vakbond
buruhtinggi tidak mau. Sebab vakbond-vakbonditu anggota-anggotanya sudah
hidup senang dan mereka telah senang dibayar lebih tinggi oleh kaum kapitalis
untuk ikut menindas dan memeras kaum buruh rendah atau kecil. Dia adalah
orang-orang kapitalis dan lupa pada orang-orang kecil. Itulah sebabnya mereka
tidak suka dengan urusan politik. Mereka tidak suka berusaha untuk mengadakan
perubahan peraturan negeri.
"Begitulah,
maka artinya di seantero Hindia ini tidak akan ada lagi kelaparan dan kesusahan
lahir. Dengan demikian, perbaikan batin tidak bisa dihambat lagi oleh
kemiskinan. Semua orang di sini lalu hidup cukup dan selamat serta mendapatkan
peralatan lahir untuk menjalankan ajaran agama, jadi bisa memperbaiki batiniah.
Pencuri, perampok dan sebagainya lalu tidak ada. Sebab sudah baiknya kehidupan
batiniah manusia. Dan semua manusia lalu hidup rukun bersama-sama menuju
pengetahuan kebaikan, mencapai surga di dunia dan di akhirat. Inilah keadaan
zaman akhir yang bentuknya masih baru dapat dibayang-bayangkan saja.
"Saudara-saudara,
di sini saya sudah menerangkan jalannya kepastian dari zaman dahulu hingga
zaman sekarang dan akhir zaman. ("Betul! Semua! Mengerti!
Mufakat!" kata suara-suara ramai dari vergadering).
"Kalau
manusia sudah mengetahui jalannya kepastian zaman, maka kita wajib mengikuti
laku dan kehendak zaman itu, agar kita, anak dan cucu kita semua manusia bisa
hidup mulia. Terutama di akhirnya. Oleh karena sekarang kita ada di zaman serba
susah maka kita harus selalu maju untuk menyongsong datangnya zaman senang,
yaitu zaman Komunisme yang akhir. Sekarang ini kita mesti menanam dan
memelihara benih-benih zaman akhir itu. Sebab kita harus tahu bahwa benih-benih
itu akan menjadi pohon-pohon atau zaman baru yang buahnya amat lezat rasanya
bagi kita atau anak cucu kita. Itulah kewajiban kita, wajib karena kodrat.
Jadi, sesuai dengan wet perjalanan zaman Tuhan Allah. Oleh karena itu,
perkurnpulan P.K. kita semua ini mempunyai maksud tidak lain supaya rakyat bisa
lekas pintar dan kuat untuk mengikuti aturan zaman. Dengan berkumpul, kita bisa
ber-vergadering dan bermusyawarah tentang segala hal. Lalu kita bisa
mengumpulkan uang secara bersama-sama untuk modal permusyawarahan itu. Kita
lalu bisa mengumpulkan modal untuk mendirikan surat kabar yang menambah
kepandaian rakyat yang membacanya. Di dalam surat kabar itu kita bisa
mufakatkan tentang bermacam-macam hal keperluan rakyat. Serta di dalam vergadering,
surat kabar kita dan perkumpulan-perkumpulan, maka kita lalu bisa hidup
rukun berusaha bersama-sama guna memperbaiki kehidupan rakyat kita serta
menyongsong datangnya zaman senang di akhir nanti. Perkumpulan akan membawa
kita hidup rukun, kuat serta kuasa untuk mencari hal-hal bagi keselamatan hidup
kita. Itulah sebabnya, sekarang ada perkumpulan P.K. yang sesuai dengan kodrat
zaman. Perkumpulan P.K. akan membantu rakyat Hindia melalui jalan usaha
koperasi, vakbond dan akan melalui jalan usaha politik untuk membantu
keperluan rakyat atau orang banyak. ("Betul. Baik" kata vergadering
dengan riuh dan bertepuk tangan sangat ramai).
"Mengingat
tujuannya tadi sudah saya terangkan, maka nyatalah bahwa tujuan perkumpulan ini
sangat baik sekali untuk semua rakyat Hindia semua bangsa: Jawa, Ambon,
Belanda, Arab, Tionghoa dan sebagainya. Dan juga sangat baik bagi semua orang
yang beragama apa saja, seperti Kristen, Islam, Buddha dan sebagainya. Mereka
semua manusia, sedang perkumpulan kita bermaksud memuliakan semua manusia yaitu
maju sesuai dengan jalannya kodrat. Jadi di sini saya sudah membuktikan bahwa
perkumpulan P.K. sangat baik untuk semua bangsa dan semua agama.
"Karena
itu, wahai rakyat dan penduduk Hindia, lekaslah kuatkan dan bantulah
perkumpulan kita ini. Lekaslah menjadi anggotanya. Yang terpelajar, lekaslah
berusaha memimpin, yang masih bodoh-bouoh dengan berusaha supaya dipilih oleh
orang banyak menjadi pemimpin. Bantulah pergerakan kita melalui surat kabar kita
dan dalam. ("Mufakat. Betul," kata vergadering dengan
merdu-merdu, ramainya).
"Tuan-Tuan
bangsa Belanda yang adil, Tuan-Tuan segala bangsa dan segala agama. Bantulah
perkumpulan kita supava kita semua bangsa dan semua agama bersaudara dengan
baik. ("Bravo. Baik Begitu!" kata suara ramai yang amat
gembira dari vergadering dan dibarengi oleh tepuk tangan yang riuh dan lama).
Sampai di sini maka Tuan Tjitro berhenti
berpidato. Presiden lalu memperkenankan semua orang yang mempunyai pendapat
lain untuk bertanya atau mendebat. La1u majulah Kyai Noeridin, guru dari
Pesantren Sendang dan berkata: "Saya ada pikiran lain dengan Tuan Tjitro,
kalau benar semua yang tadi ia katakan, maka pergerakan P.K. mau memakmurkan
manusia dalam urusan lahir, yakni dalam hal duniawi atau harta benda dunia,
dalam pikiran saya, hal itu justru sangat berbahaya bagi manusia. Karena urusan
batin atau masalah agama serta kepercayaan kepada Gusti Allah lalu menjadi
rusak. Sebab manusia lalu hanya memperhatikan urusan lahir lebih dahulu. Untuk
memperbaiki akal budi manusia, maka yang pertama-tama harus diutamakan urusan
batin terlebih dahulu. Jadi nomor satu haruslah agama dimasukkan dalam hati
sanubari manusia. Karena masuknya agama ke dalam jiwanya, manusia akan dengan
sendirinya menjadi baik dan bersih. Maka tentulah akal budi dan urusan lahiriah
akan menjadi baik dengan sendirinya. Oleh karena itu, saya sepakat bila semua
pemuda harus dibikin alim dahulu di langgar dan pesantren, di mana semua guru
agama akan bisa menunjukkan jalan bagi kebaikan batin, agar supaya bisa mulia
lahir dan batin. Dalam hal ini, saya memandang kurang perlu adanya pergerakan
ini." (Sebagiandari vergadering sepakatdanbersorak-sorak).
Sampai di
situ, maka Tuan Edelhart yang terkenal sebagai penolong orang-orang desa yang
miskin maju dan berkata: "Kalau saya tidak salah mengerti, maka Tuan
Tjitro mengajak rakyat bergerak supaya tanah Hindia merdeka dan terlepas dari
pemerintahan Belanda. Hal itu saya tidak sepakat, karena sekarang ini rakyat di
Hindia belum siap untuk mengurusi negerinya sendiri. Umpamanya besok pagi
Gupermen Belanda pulang ke negerinya, maka Bumiputera pasti akan kalang kabut
dan bangsa-bangsa lain seperti Jepang, Inggris dan lain-lain tentu akan datang
dan menaklukkan tanah Hindia. Sehingga tanah Hindia tidak untung apa-apa dan
hanya berganti pembesar bangsa lain saja." (Banyak yang bersorak karena
sepakat).
Tuan
Mangoentjokro, Asisten Wedono Bulu Rejo yang sudah pensiun, ikut mendebat pula
dan berkata: "Tadi Tuan Tjitro sudah menerangkan apa sebab-sebabnya
Bumiputera sekarang ini serba susah dan hidup melarat, tetapi menurut hemat
saya, melaratnya rakyat itu karena salahnya sendiri. Sebab mereka tidak
menghargai uang dan tidak menyimpan uangnya." (Separo vergadering
menyatakan sepakat dengan bertepuk tangan).
Sekarang
Haji Mamirah berdiri dan berkata: "Sepanjang pikiran saya, maka rakyat
memang mempunyai kesalahan sendiri. Hidup mereka bertambah susah sebab mereka
suka membeli barang-barang dari luar negeri sedang tanah Hindia bisa rnembikin
kain-kain tenun, pakaian dan sebagainya. Karena itu, untuk memakmurkan
kehidupan rakyat, nomor satu hendaknya dihidupkan juga pekerjaan-pekerjaan yang
dahulu-dahulu, seperti menenun, membatik dan sebagainya." (Banyak yang
bertepuk tangan sebab sepakat)
Lalu ada seorang
pemuda bernama Tuan Soebono, ikut membantah dan berkata: "Saya melawan
keras pendapat Tuan Tjitro. Tuan Tjitro adalah seorang yang jahat dan penjual
bangsa. Begitupun perkumpulan P.K. ini sangat jahat sekali. Karena di situ mau
dihidupkan paham P.K., sedang paham itu bersifat internasional. Artinya
mencintai semua bangsa dan tidak memakmurkan bangsa kita sendiri. Paham P.K.
ini jelas-jelas mau mengadu rakyat bumiputera yang miskin dcngan yang kaya,
supaya bangsa kita terpecah-belah dan tidak bisa kuat. Itulah jahatnya paham
ini untuk kita bangsa Jawa." (Separoh vergadering bersorak dan bertepuk
tangan).
Sampai di
sinilah perdebatan itu berlangsung. Dalam verslaghanya diambil intinya
saja. Karena tidak ada yang mendebat lagi, maka Presiden lalu berdiri dan
menjelaskan bahwa Tuan Tjitro siap menjawab semua yang tuan-tuan telah
tanyakan. Adapun jawaban Tuan Tjitro adalah sebagai berikut.
"Saudara-saudara
vergadering yang terhormat, sesungguhnya saya sangat senang hati bahwa
dari lima Tuan yang mendebat. Dengan perdebatan semacam ini, maka urusan kita
lalu bisa semakin terang lagi serta sangat baik bagi untuk menjelaskan maksud
dan tujuan P.K. Sekarang saya mau menjawab Kyai Noerdin lebih dahulu. Tadi saya
sudah menerangkan bahwa kita mengusahakan perbaikan lahir, supaya perbaikan
batin tidak tergoda oleh kesusahan lahir. Siapa bisa mengirim pemuda ke
pesantren kalau orang tuanya itu miskin? Karena kehidupannya susah, jadi
manusia hanya sibuk menggunakan waktunya untuk mencari makan. Sehingga banyak
yang lupa pada urusan batiniah. Jadi bukan usaha perbaikan duniawi yang merusak
urusan batiniah. Tetapi rusaknya masalah lahiriah yang sering merusakkan
masalah batiniah. Karena itu, maksud dari perkumpulan kita hendak mencapai
dua-duanya. Berusaha memperbaiki lahir supaya juga bisa memperbaiki masalah
batin. Jadi mau memperbaiki keadaan lahir-batin manusia.
"Selain
itu, manusia atau rakyat, kita ajak untuk hidup rukun menjadi satu supaya bisa
secara bersama-sama memperbaiki keperluan kita semua secara bersama-sama pula.
Nah, apakah ini bukan pekerjaan yang berdasarkan perbaikan batin? Memang kalau
tiap-tiap orang hanya mencari hal-hal yang duniawi saja, tentu ia lalu sering
rusak batinnya. Tetapi kalau bersama-sama secara rukun bersatu memperbaiki
semua kebutuhan dunia, jadi tidak mementingkan keperluan sendiri dan hanya demi
kepentingan orang banyak dengan jalan rukun, maka di sini hanya dengan jalan
rukun bersatu saja pun sudah pasti akan memperbaiki batin. Sehingga hati atau
manusia akan bergerak berbarengan menjadi baik. Jadi nyatalah bahwa kumpulan
P.K. akan memperbaiki rakyat Hindia secara lahir dan batin. "(Sepakat,
kata semua orang dengan bergembira).
"Saya
berterima kasih kepada Tuan Edelhart, bahwa ia sebagai orang Belanda mau
memberi pertimbangan dalam vergadering kali ini. Saya mengerti, Tuan
Edelhart berniat baik dengan peringatan itu, supaya kita jangan kesusu atau
tergesa-gesa. Oleh karena itu, saya tidak marah kita dikatakan belum siap.
Memang, Tuan Edelhart, sungguh akan kalang kabut kalau pemerintah Belanda besok
pagi menarik diri tanpa mengatur dengan baik urusan yang ditinggalkan untuk
kita. Atau jelasnya, kalau tidak mengoperkan pemerintahan itu tanpa aturan,
tetapi hanya pergi begitu saja. Begitu pula, saya tadi tidak berkata bahwa saya
besok pagi meminta merdeka, tetapi saya sudah menerangkan bahwa ketentuan zaman
akan memerdekakan Hindia dengan sendirinya. Rakyat pada akhirnya melalui
berbagai cara itu, akan pintar mengurus negeri Hindia Merdeka. Selain itu,
pemerintah Belanda tentu tidak mempunyai niatan besok pagi menarik diri dari
sini. Tetapi menunggu kalau rakyat sudah pintar dan kuat. Hal ini hanya rakyat
Hindia sendiri yang wajib dan bisa mengusahakannya yaitu dengan cara berkumpul
bersatu dalam P.K. Oleh karena itu, tadi saya sudah bilang bahwa ada yang
mengumpamakan kita sebagai anak atau muridnya negeri Belanda. Kalau kita
sebagai anak atau murid setia belajarnya, maka kita lekas menjadi pintar dan
besar. Dan pada saat itu anak-anak akan diberi kemerdekaan untuk mengurus
negerinya sendiri. Tepatnya belajar politik dan sebaiknya dalam pergerakan
P.K."
"Itu
betul, dan saya sekarang mengerti dan sepakat," kata Tuan Edelhart.
Sehingga vergaderingbersorak ramai untuk menghormati Tuan Edelhart yang
tegas mengaku berterus terang.
"Menjawab
Tuan Mangoentjokro, maka memang rakyat dahulunya belum pintar menyimpan uang.
Dari sebab itu, mereka tidak tahu apa yang semestinya. Maka oleh karena itu,
mereka tidak bersalah; mereka tidak sengaja menghilangkan harta bendanya.
Tetapi selain dari itu, kita harus tidak lupa, memang sudah tabiatnya jika
manusia suka meniru dan ingin seperti mereka yang dipandang umum baik. Karena
para priyayi oleh rakyat dianggap sebagai manusia yang lebih baik ketimbang orang
kecil maka rakyat kecil itu senang meniru semua halnya priyayi tadi. Oleh
karena itu, maka rakyat lalu gampang membuang uang supaya mereka sedikitnya
bisa menyamai para priyayi itu. Hal yang mana menyebabkan kesusahan pada
tingkat pertama. Sekarang sudah masuk pada tingkat itu, sehingga memang wajib
diusahakan untuk hemat dan hati-hati. Tetapi karena sekarang mereka tidak
berkuasa apa-apa dalam hal mencari kehidupan, jadi hanya tergantung pada kaum
bermodal yang hanya mencari untung maka rakyat akan terus-menerus merugi dan
hidup susah sebagaimana tadi sudah saya terangkan. Karena itu kita semua harus
membantu perkumpulan P.K. untuk mempercepat datangnya zaman Komunisme." ("Mufakat,
betul," kata suara ramai dari vergadering).
"Menjawab
Tuan Haji Mamirah, maka saya tadi sudah menerangkan bahwa dahulu, pekerjaan
membikin barang-barang keperluan hidup hanya dengan tangan semata sedangkan
sekarang dengan mesin. Mesin itu memang sangat cepat pembuatannya, hasilnya
bisa sama. Meski ongkosnya lebih banyak ketimbang dengan hasil buatan yang
tidak memakai mesin. Selain itu, buatan mesin bisa lebih halus. Karena hasil
kerja mesin itu bisa lebih sempurna dan murah, tentulah dicari dan disukai
semua manusia. Sebab memang sudah jamak, manusia mencari yang sempurna dan tersempurna
lagi pula murah harganya. Itu sesuai dengan ketentuan zaman, aturan kemajuan
sehingga tidak bisa dilawan oleh kehendak manusia. Atau dengan memaksa mereka
memakai bentuk usaha yang kuno lagi, seperti menenun, membatik dan sebagainya.
Sebab tentu toh kita akan kalah dengan kemajuan mesin. Adapun harga dan modal
mesin atau pabrik memang begitu banyak dan mahal, sehingga tidak semua rakyat
bisa mendirikannya. Yang bisa hanya yang kaya dan yang sudah mempunyai modal
yang besar. Begitulah, sekarang lalu kaum bermodal yang menang, mendesak
pekerjaan tangan yang bukan buatan mesin. Kaum bermodal yang bisa menang atas
rakyat dan mereka lalu berkuasa. Hal ini tadi toh sudah saya terangkan
dengan jelas! Pendek kata, dalam zaman sekarang ini tidak ada jalan lain untuk
memuliakan kehidupan rakyat selain jalan komunisme. Sebab jalan ini adalah
jalan yang sudah sesuai dengan kodrat. Jadi semua orang wajib membantu P.K.
("Betul, cocok," begitulah suara ramai vergaderingmenyambut jawaban
Tuan Tjitro itu).
"Sekarang
saya mesti menjawab Tuan Soebono. Tuan Soebono memang masih muda, karena itu
semangatnya keras sehingga marah pada saya. Ia mengatakan bahwa saya jahat
sekali dan menjual bangsa. Tetapi saya tidak sakit hati pada Tuan Soebono. Saya
hanya meminta kepada Tuan Soebono supaya memikirkan dengan sabar atas jawaban
saya ini. Tadi saya sudah memberi keterangan bahwa kumpulan kita mengajak
rakyat supaya pintar dan kuat, supaya akhirnya kita bisa mengurus negeri kita
sendiri. Nah, hal inilah sesungguhnya merupakan masalah kebangsaan. Pasal
'internasional' dan pasal 'cinta kepada semua manusia' itu pun perlu diajarkan
supaya peperangan menjadi hilang. Dan ada perlunya supaya kaum komunis dari
lain negeri membantu tujuan P.K. memuliakan rakyat Hindia. Kita tidak mengadu
rakyat dengan kaum bermodal dari bangsanya sendiri. Tetapi kalau timbul
perlawanan serupa itu, bukan salah kita. Sebab hal itu sudah sesuai dengan
ketentuan kodrat sendiri, sebagaimana tadi sudah saya terangkan. Adapun jika
bangsa bumiputera kita yang kaya, sudah tahu betul tujuan perkumpulan kita.
Tentu mereka akan dengan sendirinya mau mengalah dan sepakat dengan rakyat
dalam P.K. Sebab P.K. hendak memuliakan rakyat, penduduk seantero Hindia.
Selain itu, di manakah ada bumiputera yang mempunyai pabrik, spoor dan
sebagainya, kecuali satu dua orang dan kalau sebagian kecil ini memang dasarnya
baik maka mereka tentu membantu tujuan P.K. untuk keperluan beribu-ribu
manusia. Hal itu lebih mulia daripada mengumpulkan kekayaan untuk diri sendiri.
Di sini nyatalah bahwa bukan maksud kita memecah-belah bangsa kita. Ya, malahan
justru mengajak bersatu hati untuk keperluan bermiliun-miliun manusia. Sampai
di sini dahulu." ("Betul, sepakat," begitulah sambutan vergadering
dengan bersorak-sorak dan tepuk tangan yang sangat ramai).
Habis itu
Presiden mempersilakan kepada tuan-tuan yang mendebat tadi untuk maju lagi.
Tetapi semua tidak mau ambil bicara, sebab, katanya, sudah mengerti dan mufakat
dengan Tuan Tjitro. Karena itu, jam 12 siang vergadering ditutup oleh
Tuan Residen, sedang beratus-ratus orang minta masuk menjadi anggotanya.
Sampai di
situ verslag yang dibikin Kadiroen. Adapun Kadiroen sendiri sewaktu
terjadi vergadering hatinya berdebar-debar. Ia mendengar keterangan
Tjitro dan perasaannya terbuka, sepertinya dalam hati ia melihat cahaya bintang
yang sangat baik, menggambarkan maksud dan tujuan perkumpulan P.K. Sehabis vergadering,
Kadiroen memikirkan semua itu. Ia tidak bisa tidur. Sekarang ia tahu,
mengapa usahanya selama ini sebagai Wedono dan Wakil Patih untuk memuliakan
rakyat selalu tidak berbuah besar. Ia tahu bahwa usahanya itu adalah mengikuti
cara kuno. Sedangkan, keadaan rakyat sekarang sudah baru. Jadi, nyatalah jalan
yang diusahakannya, ketinggalan dan tidak sesuai dengan zaman lagi. Cara kuno
masih bisa berlaku di pucuk-pucuk gunung, di mana rakyatnya masih kuno dan
keadaan zamannya belum berubah. Tetapi di negeri yang sudah menginjak zaman
baru, tak bisa dipakai lagi. Memang, usaha Kadiroen bisa menaikkan pangkatnya
sendiri, tetapi buat rakyat hampir tidak berguna. Sungguh Kadiroen merasa
tertarik betul dengan gerakan P.K. itu. Tetapi ia tertarik gerakan rakyat, ia
masih tertarik oleh pangkatnya. Ia memikir, seandainya ia membantu gerakan P.K.
itu, tentulah ia harus turun. Dan menurunkan derajatnya seperti rakyat akan
menghilangkan rasa hormat rakyat kepada dirinya sebagai Wakil Patih.
Lalu rakyat
memandang dirinya sebagai saudara, tidak sebagai pembesar lagi. Dan lagi,
gerakan baru itu mempunyai musuh yang banyak karena masih kebaruannya itu.
Adapun orang-orang yang tidak mengerti, mereka benci kepada P.K. Kalau Kadiroen
mencampuri gerakan itu, ia khawatir dikatakan gila oleh seteru-seteru gerakan
itu. Yang pertama dari golongan priyayi sendiri. Begitulah, maka ia terpaksa
memisahkan diri dari golongannya sendiri. Baru saja Kadiroen memikirkan hal itu
semua, maka ia menerima Surat Kabar S.H.B. milik golongan kaum yang bermodal.
Di situ Kadiroen membaca dalam ruangan "Ned 1ndische Telegramen" dalam
bahasa Belanda yang menerangkan bahwa hari kemarin di S oleh P.K. sudah
digerakkan penghasutan pada rakyat. Sedang yang berbicara opruier (tukang
penghasut)-nya adalah Tjitro. Redaksi surat kabar itu memberikan pikirannya
bahwa sekarang ini sudah saatnya sang opruier Tjitro, penjahat itu,
dibuang dan diasingkan di pulau kecil, supaya tidak bisa menghasut lagi.
Kadiroen menjadi heran membaca hal itu. Ia sudah mendengar dengan telinganya
sendiri, ia melihat dengan matanya sendiri vergadering hari kemarin itu.
Dan ia tahu betul bahwa Tjitro tidak menghasut. Ia malahan mau berbuat baik
kepada semua manusia. Memang di Hindia banyak surat kabar bukan kepunyaan
rakyat, yang selalu memuat kabar-kabar bohong buat merusak gerakan rakyat,
untuk mengajak kepada para pembacanya supaya membenci pergerakan itu, terutama
pada para pemuka-pemukanya. Begitulah, racun yang disebarkan oleh surat-surat
kabar itu, sudah sering memasuki tuan-tuan yang adil. Dan karena kerasukan
racun itu, maka tuan-tuan itu lalu sering lupa pada keadilannya. Sungguh
sayang!
Kadiroen
tahu hal ini, tetapi pada saat itu tambah berat buat dia untuk memilih jalan
sebab umpamanya ia membantu gerakan, tentu ia turut dapat cacian oleh surat
kabar tersebut. Sehingga ia lalu gampang kena hasutan dan mudah lepas dari
pekerjaannya. Sebaliknya, ia tertarik kepada pergerakan sebab ia ingin menolong
rakyat dengan cara sesuai zaman baru. O, manakah yang akan ia pilih?
Bersambung …………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar